Saturday, February 21, 2009

Tanya Jawab Tentang Hari Natal

HARI NATAL

Inilah pertanyaan-pertanyaan yang paling sering ditanyakan mengenai hari natal, mari kita bahas satu per satu secara ringkas, padat dan jelas.

Apa dan Bagaimana Hari Natal itu?
Hari Natal disebut juga dengan Christmas. Kepanjangannya adalah Mass of Christ. Hari Natal adalah diperingati sebagai hari kelahiran Yesus Kristus, anda bisa lihat keterangan tanggal merah 25 Desember di semua kalender baik di rumah atau kantor atau dimana saja. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah: Apakah benar Yesus lahir tanggal 25 Desember? Kalau tidak mengapa itu bisa diperingati sebagai hari kelahiran Yesus Kristus?

Apakah Yesus benar lahir tanggal 25 Desember atau sekitar bulan Desember?
Yesus tidak lahir tanggal 25 Desember juga tidak lahir di sekitar bulan Desember, mengapa? Anda bisa baca di Alkitab bahwa pada saat Yesus lahir, para gembala sedang berada di padang untuk menggembalakan ternak mereka. Yesus lahir di daerah Palestina, dan di Palestina sana bulan Desember adalah musim dingin. Kebiasaan disana adalah para gembala berada di padang berhari-hari yaitu pada musim panas bukan pada musim dingin, apalagi pada bulan desember disaat salju turun, dan adalah suatu hal yang mustahil bagi para gembala untuk menginap di padang menggembalakan kambing domba disaat musim dingin ini. Disaat musim dingin para gembala selalu berlindung di dalam Gua bukan berada di padang. Mari kita lihat ceritanya dari buku Lukas:

Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.
Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya:
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."
Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita." Lukas 2:8-15

Selain itu juga, saat Yesus lahir ditandai dengan satu bintang yang besar yang special yang berbeda dengan bintang-bintang lainnya. Bila anda berada di Palestina pada musim dingin yaitu pada bulan-bulan sekitar desember, anda tidak akan melihat bintang di langit. Pada saat Yesus lahir, ada satu bintang yang berbeda dengan bintang-bintang lainnya.
Para ahli sejarah sampai sekarang tidak dapat menentukan tanggal yang tepat untuk hari kelahiran Yesus Kristus, hanya bisa memprediksi atau memperkirakan bahwa kelahiran Yesus Kristus terjadi di antara bulan April sampai dengan bulan Oktober. Dugaan terkuat adalah jatuh pada bulan Mei.
Lalu mengapa kita tidak mengetahui tanggal yang tepat Yesus lahir? Karena memang Yesus tidak menyuruh untuk kita memperingatinya atau merayakannya. Di dalam Alkitab tidak ada perintah untuk merayakan hari kelahiran Yesus Kristus. bila Dia menyuruh kita untuk merayakan hari kelahiranNya, mengapa tidak ada tanggal yang tepat tentang hari kelahiranNya? Apakah Yesus akan membuat suatu perintah untuk kita tidak dapat turuti?

Bagaimana Sejarah Hari Natal?
Begitu banyak sumber, dan sumber yang umum saya ambil dari:
http://www.sabda.org/misi/artikel_isi.php?id=131
Inilah keterangannya:

Pemandangan demikian jelas tidak sesuai dengan gambaran yang dilukiskan oleh Lukas mengenai peristiwa besar itu. Injil ini menulis, "Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam" (Lukas 2:8). Sejak zaman Alkitab sampai sekarang, gembala di Betlehem meninggalkan padang penggembalaan di musim dingin dengan berlindung di gua-gua yang disebut Grotto yang banyak terdapat di sekitar Betlehem. Karena malam yang dingin itu, dalam bulan Desember, apalagi tanggal 25 tidak akan ada gembala-gembala yang berada di padang bersama domba- domba. Biasanya mereka menggiring kawanan domba mereka ke padang setelah hari raya Paskah sampai hujan pertama atau salju tipis di awal Oktober. Ini berarti peristiwa kelahiran Yesus terjadi dalam selang waktu di antara Paskah di awal April sampai awal Oktober.

Kalau begitu, mengapa dunia merayakan kelahiran Yesus pada 25 Desember? Kelahiran Yesus tidak pernah dirayakan sampai tahun 336. Kelahiran-Nya mulai dirayakan setelah kaisar Roma yang bernama Konstantin (285-337) menyatakan diri menjadi pemeluk agama Nasrani. Sudah menjadi tradisi setiap 25 Desember penduduk kota Roma merayakan pesta besar yang disebut Saturnalia Romawi untuk menyambut kembalinya matahari ke belahan bumi utara setelah mencapai garis balik selatan. Ketika siang hari menjadi lebih panjang, dewa matahari dianggap telah lahir kembali dan mereka bergembira-ria sambil tukar-menukar hadiah.

Ketetapan untuk mengkonversikan 25 Desember menjadi hari raya Nasrani dengan menjadikannya sebagai hari kelahiran Yesus dilakukan oleh Paus Julius I pada pertengahan abad 4 di kota Roma (Worldwide Church of God, 1985 "The Plain Truth About Christmas"). Ketetapan tersebut tidak dapat diterima oleh gereja-gereja di Yerusalem yang menolaknya sampai abad 6 (Wagner, C. 1995 "Bridges for Peace"). Setelah itu secara tidak resmi umat Nasrani menerima 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus, walaupun banyak yang mengetahui bahwa itu bukan tanggal yang sesungguhnya.

Bagaimana Perhitungan Tahunnya?
Kelahiran Yesus jelas harus terjadi sebelum kematian Raja Herodes Agung yang ingin membunuhnya dengan memerintahkan pembunuhan semua bayi berumur di bawah 2 tahun di Betlehem (Matius 2:16). Flavius Josephus (37-100), sejarawan Yahudi abad pertama, mengatakan bahwa sesaat sebelum Herodes meninggal telah terjadi gerhana bulan yang menurut para pakar perbintangan terjadi pada 13 Maret tahun 4 sebelum Masehi (Antiquities of the Jews, XVII, vi, 167). Dengan mengacu pada taksiran Herodes bahwa bayi yang baru lahir itu tidak lebih dari 2 tahun usianya, maka taksiran intelektual tahun kelahiran Yesus sekitar tahun 4-5 sebelum Masehi.

Dilihat dari Sejarah, Hari Natal sangat berhubungan dengan Hari Minggu
Berikut ini adalah kutipan dari beberapa sumber yang berbicara mengenai Hari Natal dan Hari Minggu:

Digesernya ke tanggal 25 Desember adalah karena pengaruh dari penanggalan Romawi, yang menyebut tanggal itu "dies invicti solis" yang artinya "hari dari tuhan (dewa) matahari (Mithras) yang telah dikalahkan." Yesus diumpamakan sebagai "matahari kebenaran" dan "cahaya atau terang dunia." Tanggal 25 Desember adalah hari kelahiran Mithras, yang asalnya dewa matahari Iran yang kemudian dipuja di Roma. Hari minggu disebut juga Zondag, Sunday, Sonntag, hari matahari, hari gereja, pengganti hari Sabtu. Inilah sebenarnya dasar sejarah dikatakan bahwa hari minggu adalah hari Tuhan menggantikan hari sabat (hari sabtu).
Lalu semua ini agar berhubungan dengan Alkitab, maka “hari kebangkitan Yesus” adalah sangat cocok untuk digunakan menjembatani semua ini, sehingga sampai saat ini alasan yang digunakan sebagai dasar perbaktian atau penyucian terhadap hari minggu adalah karena memperingati hari kebangkitan Yesus. Alasan ini sebenarnya tidak ada dasar dari Alkitab karena Yesus tidak pernah menyuruh untuk merayakan hari kebangkitanNya apalagi dengan menggantikan hari sabat, hari ketujuh atau hari sabtu kepada hari pertama atau hari minggu. Jadi inilah sejarah hari natal dan hari minggu yang sangat berkaitan erat.

Mari kita lihat kutipan berikut:
"Natal bukanlah diantara upacara-upacara awal Gereja, bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir. Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari ini, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus."
"Natal bukanlah upacara-upacara awal gereja. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Alkitab juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala."
"Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut ("Perjamuan Suci" yang termaktub dalam Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus.). Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad keempat Masehi. Pada abad kelima, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari "Kelahiran Dewa Matahari." Sebab tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Yesus."
Sumber: "Christmas", Catholic Encyclopedia, edisi 1911

Fakta sejarah telah membuktikan kita bahwa upacara Natal tidak pernah dilakukan oleh umat Kristen Jemaat mula-mula. Rasul Paulus dan rasul-rasul lainnya yang hidup setelah kenaikan Yesus ke Sorga, tidak pernah merayakan hari natal. Baru setelah abad keempat, perayaan ini mulai diselenggarakan oleh orang-orang Barat, Roma dan Gereja. Lalu menjelang abad kelima, Gereja Roma memerintahkan untuk merayakan hari natal sebagai hari raya umat Kristen yang resmi.

Apakah kita perlu merayakan Hari Natal?
Yesus tidak pernah menyuruh kita untuk merayakan hari kelahiranNya, bila Dia menyuruh kita untuk merayakan hari kelahiranNya, mengapa tidak ada tanggal yang tepat tentang hari kelahiranNya? Apakah Yesus akan membuat suatu perintah untuk kita tidak dapat turuti???
Apakah kita perlu merayakan hari natal? saya menjawab dari 2 sisi, yaitu pertama dari sisi sejarah dan kedua dari sisi bersyukur kepada Tuhan atas kelahiranNya ke atas dunia ini.

Bila melihat dari sisi sejarah, maka hari natal adalah tidak perlu bahkan tidak boleh untuk dirayakan, karena itu malah suatu penghinaan kepada Tuhan karena hari kelahiran dewa (dewa matahari) dijadikan hari kelahiran Yesus, yang mana Yesus tidak lahir di tanggal 25 atau sekitar bulan desember karena bulan-bulan itu adalah musim dingin dimana gembala berlindung di dalam gua dan bukan berada di padang.
Jadi dari sisi sejarah hal itu dilarang atau tidak boleh karena hari natal adalah penghormatan kepada dewa dan bukan penghormatan kepada Yesus Kristus. Tanggal 25 Desember bukan tanggal yang penting untuk diingat dan dirayakan.

Dari sisi bersyukur kepada Tuhan atas kelahiranNya ke atas dunia ini, maka hal ini boleh dilakukan. Oleh karena itu bersyukurlah kepada Tuhan setiap hari dan selalu dalam kehidupan anda. Mengapa? karena kita tidak tahu tanggal berapa Yesus lahir. Tanggal 25 Desember bukan tanggal yang penting untuk diingat dan dirayakan. Para ahli hanya bisa memprediksi hari kelahiran Yesus itu adalah sekitar bulan April sampai Oktober, jadi kita memang tidak tahu tanggal yang tepat, oleh karena itu rayakanlah kelahiran Yesus itu setiap hari dalam kehidupan kita semua. Buktikanlah itu dengan selalu setia kepada Tuhan, mengasihi Tuhan dan sesama.
Memang tidak ada perintah dalam Alkitab untuk merayakan atau memperingati hari kelahiran seseorang, tetapi ada sisi positifnya yaitu kita bersyukur kepada Tuhan karena kasih dan kebaikanNya sehingga seseorang telah lahir dengan selamat, bertambah umur atau usia.
Oleh Karena itu bila kita mengadakan acara ulang tahun yaitu dengan motif dan tujuan untuk bersyukur kepada Tuhan, maka hal itu boleh dilakukan.

Kesimpulan dan Panggilan:

Tuhan telah mengingatkan umatNya untuk tidak tersesat dengan benda-benda ciptaanNya. Anda telah membaca sejarah hari natal dan hari minggu, yang mana latar belakang semuanya adalah berasal dari upacara-upacara penyembah berhala yang mana untuk menghormati dewa matahari (Mithras), saya ulangi sedikit kutipannya:

Digesernya ke tanggal 25 Desember adalah karena pengaruh dari penanggalan Romawi, yang menyebut tanggal itu "dies invicti solis" yang artinya "hari dari tuhan (dewa) matahari (Mithras) yang telah dikalahkan." Yesus diumpamakan sebagai "matahari kebenaran" dan "cahaya atau terang dunia." Tanggal 25 Desember adalah hari kelahiran Mithras, yang asalnya dewa matahari Iran yang kemudian dipuja di Roma. Hari minggu disebut juga Zondag, Sunday, Sonntag, hari matahari, hari gereja, pengganti hari Sabtu. Inilah sebenarnya dasar sejarah dikatakan bahwa hari minggu adalah hari Tuhan menggantikan hari sabat (hari sabtu).

Di dunia ini hanya ada 2 kelompok,
1. menyembah Pencipta (Allah)
2. menyembah ciptaan
dibagian kelompok manakah anda berada?

Berikut ini adalah beberapa ayat yang penting untuk direnungkan:

Ulangan 4:19 berbunyi: dan juga supaya jangan engkau mengarahkan matamu ke langit, sehingga apabila engkau melihat matahari, bulan dan bintang, segenap tentara langit, engkau disesatkan untuk sujud menyembah dan beribadah kepada sekaliannya itu, yang justru diberikan TUHAN, Allahmu, kepada segala bangsa di seluruh kolong langit sebagai bagian mereka,

Yeremia 10:2 berbunyi: Beginilah firman TUHAN: "Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya.

Ulangan 17:3 berbunyi: dan yang pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, atau kepada matahari atau bulan atau segenap tentara langit, hal yang telah Kularang itu;

Yehezkiel 11:21 berbunyi: Mengenai mereka, yang hatinya berpaut pada dewa-dewanya yang menjijikkan dan pada perbuatan-perbuatannya yang keji, Aku akan menimpakan kelakuan mereka atas kepalanya sendiri, demikianlah firman Tuhan ALLAH."

Friday, February 20, 2009

PERINGATAN KELAHIRAN KRISTUS

Peringatan kelahiran Kristus sering menjadi sorotan berbagai pihak, diluar Kristiani maupun kalangan Kristiani sendiri, bahkan ada diantara mereka yang ‘sangat membenci’ hari Natal. Mereka mengatakan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Hal tersebut bisa dipahami, karena Alkitab memang tidak menulis tanggal kelahiran Yesus.

Mereka juga mengatakan 25 Desember adalah hari-raya kaum kafir . Terbukti dengan data tertulis yang memuat liturgi perayaan kelahiran Kristus itu dapat dilihat dalam papirus pada abad ke-IV. Pada tahun 274 M di Kerajaan Romawi, tanggal 25 Desember dimulai perayaan kelahiran matahari karena diakhir musim salju tanggal itu matahari mulai kembali penampakan sinarnya dengan kuat, karena itu bagi orang Romawi kuno, hari itu dirayakan sebagai hari Matahari.

Ketika Kekristenan ‘dijadikan agama negara’ di Kerajaan Romawi, kebiasaan perayaan itu ternyata sukar ditinggalkan masyarakat Roma yang sudah menjadi Kristen. Oleh karena itu para pemimpin gereja kemudian mengalihkan perhatian mereka, perayaan yang semula menjadi perayaan Matahari diganti menjadi perayaan peringatan kelahiran Yesus. Ketentuan ini oleh gereja pada masa itu diresmikan di Roma tahun 336, dan mereka menjadikan tanggal 25 Desember sebagai hari peringatan kelahiran Kristus.

Peringatan kelahiran Kristus dengan tanggal peringatan 25 Desember akhirnya juga diperkenalkan oleh Kaisar Konstantin, hal ini sebagai pengganti tanggal 5-6 Januari yang sebelumnya sudah ditetapkan sebagai hari peringatan kelahiran Kristus. Perayaan Natal kemudian di lakukan di Anthiokia pada tahun 375 dan pada tahun 380 dirayakan di Konstantinopel, dan tahun 430 di Alexandria dan kemudian di tempat-tempat lain dimana kekristenan berkembang.

Tampaknya dengan latar belakang itu, tuduhan-tuduhan mengenai 25 Desember adalah hari raya kafir memang berdasar, karena ada catatan sejarah yang secara jelas menulis hal tersebut. Sekarang bagaimanakah kita menyikapi hal itu? Haruskah kita tidak lagi merayakan natal pada tanggal 25 Desember?

Dari penjelasan sejarah diatas, dapat kita ketahui bahwa awal-mula perayaan kelahiran Kristus bukan tanggal 25 Desember melainkan tanggal 5-6 Januari. Tetapi karena kesepakatan para pemimpin gereja pada waktu itu mereka mengubah peringatan tanggal 5-6 Januari menjadi tanggal 25 Desember untuk mengalihkan perhatian umat Kristiani dari kepercayaan lama mereka menuju kelahiran Kristus. Sehingga pada saat yang sama orang-orang kafir yang belum bertobat dan masih tetap merayakan tanggal 25 Desember dialihkan perhatiannya kepada Kristus.

Tetapi di masa kini umat Kristen tidak ada yang mengkaitkan hari Natal dengan hari dewa Matahari, tidak ada penyembahan atau apapun yang berkaitan dengan paganisme matahari dalam perayaan natal orang-orang Kristen. Karena Kristus-lah yang menjadi center-nya. Jadi walaupun tidak ada tertulis dalam Alkitab Yesus lahir pada tanggal 25 Desember, umat Kristen secara umum merayakan hari Natal pada salah satu hari di bulan Desember sampai Januari demi keseragaman.

Dalam memperingati "hari kelahiran Kristus" umat Kristiani akan menyadari makna yang lebih dalam lagi adalah kehadiran Allah dalam bentuk kelahiran Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang mendatangkan damai sejahtera di bumi. Kehidupan Yesus sebagai Tuhan yang menjadi manusia yang menyertai kita (Immanuel) tidak dapat dilepaskan dari saat kelahiran, pembaptisan, pelayanan, penyaliban, kebangkitan, sampai kenaikanNya ke surga. Sekalipun demikian, sebagai suatu peringatan, memang Natal kemudian berkembang sebagai suatu ‘perayaan’ dalam tradisi gereja dan masyarakat pada umumnya.
Benarkah Yesus lahir pada tanggal 25 Desember?


Dokumen Gereja pertama kali yang mencatat penetapan tanggal kelahiran Al-Masih, adalah Didascalia atau Konstitusi Rasuli (Arab: Dastur Rasuliy) yang berbunyi: “Saudara-saudaraku, peliharalah perayaan untuk kelahiranNya (Natal) pada tanggal 25 bulan ke-9 Ibrani, yaitu tanggal 29 bulan ke-4 Mesir”[1]. Injil Lukas 1:26 mencatat, bahwa berita Malaikat Jibril akan lahirnya Yesus, terjadi pada bulan ke-6. Dalam kalender Ibrani, ada 2 macam perhitungan: Pertama, Kalender perayaan keagamaan (the Sacred calendar), yang ditetapkan sejak Bani Israel kembali dari pembuangan di Babel, dan mulai dari bulan Nisan (kira-kira April). Kedua, Kalender sipil (the Civil calendar) yang diawali dari bulan Tisyri atau Etanaim (Kira-kira bulan Oktober)[2]. Bulan ke-6 dalam kalender sipil Ibrani adalah Adar, kira-kira jatuh pada bulan Maret. Jadi, menurut hitungan gereja waktu itu, Malaikat Jibril datang kepada Maryam pada hari ke-25 bulan Maret yang parallel dengan minggu ke II dlm bulan Adar2/Nisan (Lihat Kalender Ibrani). Itulah ‘Id Bisyarat al-Adzra’ (Maryam menerima Kabar Gembira) [3]. Karena itu kemudian kelahiran Yesus jatuh pada hari ke-25 bulan Ibrani Tebeth (Kanun al-Awwal), kira-kira 25 Desember. Dalam teks liturgis disebut hari Natal (atau ‘Id al-Milad). Hitungan ini ternyata cocok
dengan terjadi konjungsi planet Jupiter dan Saturnus, yang terjadi bulan Desember tahun 7 sebelum Masehi.

Tapi mengapa kini ada perbedaan dalam merayakan Natal: antara Gereja Barat yang merayakan pada tanggal 25 Desember, dan Gereja Timur yang merayakan tanggal 7 Januari? Harus dicatat, perbedaan itu tidak terjadi pada fakta dasarnya, tetapi akibat selisih perhitungan antara penanggalan Gregorian Barat dan penanggalan Julian yang lama yang masih dipakai di gereja-gereja Timur. Sebenarnya, penetapan pertama hari-hari raya Gereja, untuk pertama kalinya secara akurat dihitung dari Mesir. Seorang astronom Gereja Mesir, bernama Batlimous, pada akhir abad ke-2 Masehi, melakukan perhitungan secara cermat atas perintah Baba Dimitri/Demetrius, yang menjadi Patriakh Alexandria dari tahun 199-232 [4]. Penanggalan Mesir dihitung berdasarkan penampakan bintang Siriuz, [5] yang diakui UNESCO sebagai kalender yang paling akurat dibandingkan dengan sistem penanggalan manapun yang pernah dibuat [6].

Jadi penenetapan perayaan Natal mula-mula jatuh pada tanggal 29 bulan Kiahk. Di wilayah kekaisaran Roma pada waktu itu berlaku kalender Julian. Kalender ini ditetapkan oleh Julius Caesar tahun 46 sebelum Masehi, yang didasarkan atas peredaran matahari. Hitungannya 700 tahun dari berdirinya kota Roma. Nah, pernah terjadi hitungan kalender Julian ini salah. Lalu seorang astronom, Mesir, Sosiginous, memperbaikinya yaitu menyesuaikan dengan tahun Coptic yang terdiri dari 365 hari. Kalender inilah yang diikuti seluruh Gereja baikdi Timur maupun di Barat sampai abad ke-16 Masehi. Pada tahun 1582, Paus Gregorius dari Roma membuat modifikasi dari kalender Julian ini, yang kemudian disebut Kalender Gregorian hingga sekarang. Kalender inilah yang sampai hari ini diikuti oleh Gereja Barat: baik Katolik maupun gereja-gereja Protestan. Sedangkan gereja-gereja Timur dari dahulu hingga sekarang tetap menggunakan Kalender Julian itu.

Lalu mengenai perbedaan jatuhnya perayaan Natal di Barat dan di Timur itu? Nah, perbedaan itu mula-mula disebabkan karena perbedaan dalam menghitung jatuhnya ‘Idul Fashha (Perayaan Paskah). Konkritnya, Gereja Barat menetapkan jatuhnya perayaan Paskah tepat pada bulan purnama musim semi. Ini mengikuti kebiasaan Paskah Yahudi. Padahal orang Yahudi memakai kalender bulan, yang setahunnya hanya terdiri dari 354 hari. Itu berarti selisihnya dengan kalender matahari 10 hari. Dalam hal ini, Paskah Yahudi memang selalu jatuh pada bulan purnama. Karena perhitungan peredaran bulan tadi. Tetapi tidak demikian dengan Paskah Kristen, yang dihitung berdasarkan peredaran matahari. Akibatnya, pada tahun-tahun lain bulan purnama jatuh sebelum jatuhnya perayaan Paskah Kristen. Nah, waktu itulah jatuhnya

Paskah di Barat harus dimajukan. Sedangkan gereja-gereja Timur menghitungkan jatuhnya Paskah selalu pada hari Minggu. Tidak peduli tepat pada bulan purnama atau tidak. Sebab yang menjadi patokan bukan lagi pengorbanan domba dalam kalender Yahudi, sebab Yesus sendirilah “Anak Domba Paskah kita” (1 Korintus 5:7).

Pada tanggal 5 Oktober 1582, kalender Gregorian maju 10 hari. Selanjutnya, satu hari hilang pada tahun 1700, 1800, dan 1900. Akibatnya, 10 hari ditambah 3 hari menjadi 13 hari itu. Hitungannya jadi berbeda, tetapi karena kalender Barat yang menang, maka hitungan yang tepat dari Gereja Timur yaitu tanggal 29 Kiahk atau 25 Tebeth itu, harus mengalah hingga sekarang ini selalu jatuh tanggal 7/6 Januari, apabila dihitung dari kalender Barat yang maju 13 hari tadi.


Catatan kaki:

[1] Markus Aziz, Khalil, The Coptic Orthodox Church (Montreal, Canada: The Coptic Orthodox Patriarchete,t.t), p.35.
[2] Richard Booker, Jesus in the Feast of Israel (Shippensburg, PA: Destiny Image Publishers, 1987), pp.10-11. Cf. “Syriac Calendar” dalam Alexander Roberts, D.D and James Donaldson, L.L.D (ed), The writings of The Fathers Down to A.D. 325 Ante Nicene fathers. Volume 8 (Peabody, Massachussets, 1994), pp.666
[3] “Al-A’Id al-Tsabitah”, dalam Mar Ignatius Zakka I ‘Iwas, At-Tuhfat ar-Ruhiyat fii ash Shalat al-Fardhiyat (Allepo: Dar Al-Raha lil Nasyir, 1990), p. 204
[4] Iris Habib al-Mishr, The Story of The Copts (Kairo: The Middle East Council of Churches, lt.t), p. 563
[5] Markus Aziz Khalil, Op.Cit, p.33
[6] Pengakuan itu diterbitkan UNESCO dengan judul: The Modern Science of Astrology, terbit di London, 1966.

Sumber:
Bambang Noorsena, Renungan-renungan Idul Milad (Natal) di Tanah Suci Israel/Palestina (Malang: Studia Syriaca Orthodoxia,1999).